Sodara-sodara, jojaru deng Ngongare. Ingat torang samua satu baba deng satu bibi, jadi mari torang baku jaga deng baku sayang. upa poma teke dubu de upa poma teke ngamo-ngomo. hinolah posidiahi torang pe daerah deng tong pe kampong masing-masing untuk menuju Halmahera yang lebe baek.
Breaking News
Loading...
Jumat, 11 Maret 2016

Info Post

Tepat pukul 16:15 WIT

Aku mendapati diriku bertengger di lantai paling atas kapal, tepatnya di sebuah tempat duduk dekat kantin umum dan sedang memandangi birunya lautan di kelilingi pulau-pulau yang terbentang nan indah sejauh mata memandang. Warna pepohonan beraneka ragam, gunung yang menjulang ke atas di selimuti awan putih dan warna-warni senja terbentang di langit. Sang matahari berlahan-lahan sembunyi di balik gunung.  Puluhan ekor burung kompak bermanuver seperti ada yang mengomandokan dan bekas jalur kapal di belakang bermunculan buih berbentuk gari-garis putih yang panjang bagaikan sebuah jalan di tengah lautan, semakin lama buih-buih itu semakin menghilang di telan birunya lautan.

Aku mendapati diriku berada di sebuah lautan yang di kelilingi oleh empat gunung yang terkenal hingga ke Eropa, sebuah gunung yang di juluki sebagai ” Jazirah al-mamluk” atau Negerinya para raja-raja. sebuah  negeri yang kaya akan suku, bahasa, adat istiadat dan Sumber daya alamnya yang melimpah. Sebuah negeri yang begitu menarik perhatian bengsa asing karena hasil rempah-rempahnya.

Di sebelah barat, matahari telah terbenam ke laut, alam sekitar semakin gelap, gemarlap-gemerlip cahaya lampu penduduk bagaikan kunang-kunang. Bermilyar-milyar bintang terlihat dengan jelas bergelantungan di atas langit, pantulan cahaya bulan  purnama di laut memberjelas pandangan mata sejauh mata memandang. Saat itu juga aku sadar, aku mendapati diriku berada dalam suasana yang baru. Setelah tiga tahun dalam perantauan di negeri orang. Kini aku kembali mencicipi lagi racikan alam masa kecilku.  Ada beberapa tambahan bumbu sehingga ku merasa semuanya begitu berbeda rasanya. Liberalisasi dan moderensasi begitu terasa di bandingkan tiga tahun lalu.walaupun demikian, rasa aslinya tetap ada. Yeah, rasa kedamain dan  kesejukan alamnya masi tetap sama seperti dulu.

Kapal terus melaju membelah malam dan lautan, ku baringkan tubuhku di atas kursi panjang, sembari memandangi langit yang di penuhi dengan bintang-bintang. Ku nyalakan hp sambil dengarin music lalu ku tancapin headset ke telingaku. Ternyata suara music dapat membuat diriku santai sesantai santainya.  Kepalaku menganguk-ngakug mengikuti irama music, sesekali tanganku berjoget-joget. Selang  beberapa waktu kemudian secara tidak sadar diriku berteriak ke lautan yang di sinari cahaya bulan. Penumpang yang ada di sekitar memandangiku dengan penuh keheranan. Menganggap diriku kesirupan atau gila. Padahal waktu itu, diriku berusaha meluapkan semua beban dan masalah yang selama ini mengganggu di pikiranku. Legah rasanya setelah meluapkan dengan berteriak sekencang-kencangnya. Saat itu juga yang ada dalam pikiranku hanyahlah senyuman dari orang tua, kecerian dari keluarga dan teman-teman yang telah menunggu kedatanganku. Di satu sisi, senyum pemilik sebagian hati ini, mucul dan hilang kemudian muncul lagi. Begitu terus, bercampur aduk dengan senyum-senyum yang lain. Siapa lagi jika bukan kau perempuan ku. Yang dengan hanyah mendengar hembusan nafasmu saja aku merasa nyaman.



0 komentar:

Posting Komentar