Sodara-sodara, jojaru deng Ngongare. Ingat torang samua satu baba deng satu bibi, jadi mari torang baku jaga deng baku sayang. upa poma teke dubu de upa poma teke ngamo-ngomo. hinolah posidiahi torang pe daerah deng tong pe kampong masing-masing untuk menuju Halmahera yang lebe baek.
Breaking News
Loading...
Kamis, 11 Juni 2015

Info Post
Selamat tinggal Soekarno. Anda adalah segalanya bagi  rakyatmu, dulu dan sekarang.  Mereka dulu bertahan hidup bersama  anda disepanjang tahun tahun yang berat. Tetapi kenapa anda tidak lagi datang ke pasar malam disaat kegepan mulai menyelimuti rakyatmu ?  Anda lebih memilih istna  Bogor sebagai kerajaanmu, bersantai dengan istri-istri dan membangun monumen-monumen sebagai bukti kejantananmu.

Para dictator yang sudah mati, seperti Hitler dan Stalin, memiliki sifat subhuman yang makin lama makin berkurang, dilihat melalui teleskop terbalik. Mereka despresi, mereka sama seperti serangga.  Anda tidak memiliki sifat seperti itu Bung Karno, dan itu membuatku menilai dosa-dosa mu sebagai dosa ringan bukannya dosa besar. Anda tersenyum padaku sekarang ini dari foto dengan peci terpasang miring. Dan aku membalas tersenyum miring, sebagaimana dilakukan seorang kepada penjahat yang tidak dapat disukainya.

Hey, Soekarno. ! Anda adlah seorang yang tidak memahami Ekonomi, anda adlh seorang anak laki-laki yang tidak bisa menjumlah. Apa yang anda inginkan untuk diri sendiri dan rakyatmu, adalah kejayaan. Dan semua orang seharusnya mencintaimu, seperti “Ibu malaikatmu” dulu mengasihimu. Seperti Sarinah gadis pelayan itu mengasihimu. Hampir semua orang mengasihmu. Tapi cinta itu harus satu arah, harus datang kpdmu dalam gelombang. Sementara anda berdiri tinggi diatas pedium dan terbenam didalamnya. Wayang golongan kanan dan kiri harus mengasihimu, meskipun mereka tidak dapat saling mencintai ! Ini adlah hak Ratu Adil, yang dapat menyatukan semua yang berlawanan dalam dirinya sendiri. Dan menyatukan tiga ribu pulau. Anda bukan sekedar orang Muslim atau Sosialis, anda keduanya, anda juga Hindu dan Kristen, orang yang mewujutkan Dualistis.

Hei, Soekarno ! Aku selalu mendengar orang-orang mu bercerita tentangmu pada masa perjuangan belanda, seorang pesakitan politik terkucil dipulau Flores, duduk seperti Arjuna bersemedi dibawah pohon sukun, membangun kekuatan jiwamu, kesaktian kanuragamu. Dipuncak pohon sukun, anda melihat Brahma sang pencipta, dibuahnya yang lonjong, Wisnu sang Penjaga; dicabang—cabangnya yang mati, Siwa yang Perusak. Anda menyaksikan Samudra, dan menyebutnya tak terlawan sebagaimana Revolusi anda. Tetapi, apakah sekedar rovolusi tampa akhir yang Anda inginkan ? atau jiwa anda mendambakan sebuah peristiwa agung tak bernama dimana “revolusi” sekedar sebutan yang tak memadai, satu-satunya yang dapat Anda temukan ? samudra bergolak seperti kekuatan dalam dirimu, yang harus memiki saluran keluar. Tetapi baginya tak ada satupun yang pernah mencukupi. Karena anda adalah seseorang yang yang di dalam dirinya kesadaran dan semangat perjuangan saling melawan dengan kekuatan yang setara; dan mereka tidak akan memberimu jeda, Bung Karno seperti Arjuna, Anda menggabungkan kemegahan dengan kepalsuan dan egoism yang dingin. Dan jiwa manusia yang seperti itu tidak akan disempurnakan.

Aku melihat fotomu sekarang seperti seorang anak kecil_satu dari sekian banyak anak laki-laki dengan mata bersinar seperti kaca, yang berjongkok menjelang malam untuk menonton layar terang dan bayangan bayangan meleset kencang di atasnya. Anda bilang anda akan menjadi Bima: Bima yang kasar, yang kepribadiannya mengimbangi segala kekasarannya. Tetapi sayangnya Anda berakhir terkurum di dalam rumah pribadimu dibogor “istana impian Bima suci”, dilecuti dari Kepresidenanmu, dilecuti dari seragam, berjalan mengenakan singlet dan celana kucel, wajah bengkak dan tua, diceraikan oleh semua istri kecuali Hartini yang setia_”diam” katamu, “seribu bahasa”.

Anda telah gagal memperhatikan nasihat nasihat Krishna, Bung. Dan akhirnya: Segalanya dikuburkan oleh nafsu, sebagaimana api oleh asap, sebagaimana cermin oleh debu. Dengan ini ia akan membutakan jiwa.    

Selamat tinggal Bung Karno.!

0 komentar:

Posting Komentar